Pura Agung Besakih – Pura Besakih, yang juga dikenal sebagai Pura Agung Besakih atau Mother Temple of Bali, merupakan kompleks pura terbesar di Pulau Bali dan merupakan bagian penting dari Pura Kahyangan Jagat.
Selain berfungsi sebagai tempat ibadah utama bagi umat Hindu Bali, Pura Besakih juga menjadi tujuan wisata unik yang terkenal di Bali. Keindahan dan keberadaannya sebagai pusat kegiatan keagamaan telah menarik banyak wisatawan lokal maupun mancanegara.
Pura Besakih terdiri dari Pura Penataran Agung Besakih sebagai pura utama, serta 18 pura pendamping lainnya. Lokasinya yang strategis di kaki Gunung Agung menambah daya tarik spiritual dan estetika tempat ini. Bagaimana rute menuju Pura ini? Simak selengkapnya tentang Pura Agung Besakih dari sejarah hingga harga tiket masuk berikut ini.
Harga Tiket
Biaya masuk untuk memasuki kawasan Pura Besakih cukup terjangkau, seperti tertera berikut:
- Wisatawan lokal dikenakan biaya sebesar Rp40.000,00.
- Wisatawan asing dikenakan biaya sebesar Rp60.000,00.
- Biaya parkir untuk motor adalah Rp2.000,00.
- Biaya parkir untuk mobil adalah Rp5.000,00.
Jam Operasional
Pura Besakih buka untuk umum dari pukul 08.00 hingga 18.00 WITA bagi wisatawan umum. Namun, umat Hindu yang ingin melakukan persembahyangan di Pura Besakih dapat memasuki area tersebut selama 24 jam.
Lokasi dan Rute Menuju Pura Agung Besakih
Alamat lengkap Pura Besakih adalah Jl. Gunung Mas, Desa Besakih Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali. Bagi wisatawan yang ingin mengunjungi Pura Besakih di Bali, mereka akan menikmati perjalanan yang melintasi panorama Bukit Jambul, yang juga merupakan salah satu daya tarik wisata di Kabupaten Karangasem. Waktu tempuh dari Kota Karangasem ke Pura Besakih biasanya sekitar satu jam.
Rute perjalanan dimulai dari Jalan Diponegoro, melewati beberapa jalan utama seperti Jalan Sudirman, Jalan KH Samanhudi, dan Jalan Nenas sebelum memasuki jalan utama ke Pura Besakih, seperti Jalan Raya Bebandem, Jalan Tunjung Bang, Jalan Kuncaragiri, dan seterusnya melalui Jalan Raya Duda Tim, Jalan Baru, Jalan Sambi, Jalan Raya Muncan, Jalan Gunung Agung, Jalan Pura Dalem, Jalan Tubuh, Jalan Raya Besakih, dan Jalan Raya Menanga, hingga tiba di lokasi Pura Besakih yang terletak di sebelah kiri.
Mengenal Sejarah Pura Agung Besakih
Berdasarkan beberapa sumber sejarah, Pura Besakih di yakini mulai dibangun pada abad ke-8 Masehi oleh Rsi Markandeya, seorang pemuka agama Hindu dari India yang berperan penting dalam penyebaran agama Hindu di Indonesia. Legenda menyebutkan bahwa Rsi Markandeya menerima wahyu saat bersemedi di Gunung Hyang, yang sekarang di kenal sebagai Gunung Dieng. Wahyu ini memerintahkan beliau untuk membuka hutan di Pulau Dawa, nama lama untuk Pulau Bali pada masa itu.
Setelah tiba di Pulau Dawa, Rsi Markandeya bersama para pengikutnya memulai proses pembabatan hutan di kaki Gunung Toh Langkir, yang merupakan nama lain dari Gunung Agung. Namun, proses ini tidak berjalan lancar karena mereka mengalami berbagai kendala seperti penyakit dan kematian mendadak di antara pengikutnya. Akibatnya, Rsi Markandeya melakukan pertapaan di Gunung Raung untuk mencari petunjuk lebih lanjut.
Setelah mendapat petunjuk dari meditasi, Rsi Markandeya kembali dan melakukan upacara Yadnya sebelum melanjutkan pembukaan hutan. Selama upacara ini, beliau menimbun lima unsur logam (emas, perak, tembaga, perunggu, dan besi) bersama dengan permata utama yang disebut Mirah Adi ke dalam sebuah kendi. Kendi ini di kenal sebagai Panca Datu di kalangan masyarakat sekitar.
Arti Nama Pura Besakih
Tempat penimbunan Panca Datu inilah yang kemudian menjadi lokasi pembangunan Pura Besakih. Nama “Besakih” sendiri berasal dari kata “Basuki” dalam bahasa Jawa kuno yang berarti “Selamat”, dan seiring waktu berubah menjadi “Besakih”.
Komplek Bangunan Pura
Kompleks Pura Besakih di atur sesuai dengan arah mata angin, mengikuti konsep mandala yang mencerminkan Panca Dewata.
Pertama, Pura Gelap berada di bagian timur, di dedikasikan untuk pemujaan Dewa Iswara. Di sisi selatan, terdapat Pura Kiduling Kereteg yang menjadi tempat pemujaan Dewa Brahma. Sebaliknya, Pura Ulun Kulkul terletak di sisi barat, yang merupakan tempat pemujaan Dewa Mahadewa. Sedangkan di utara kompleks, terdapat Pura Batumadeg yang di gunakan untuk pemujaan Dewa Wisnu.
Pura terbesar dan paling penting dalam kompleks ini adalah Pura Penataran Agung Besakih, di anggap sebagai pusat mandala dan tempat utama untuk pemujaan Dewa Siwa.
Sebagai Objek Wisata
Pura Agung Besakih telah menjadi tujuan utama bagi wisatawan yang mencari pengalaman spiritual di Bali. Pengunjung dapat mengunjungi pura ini untuk bersembahyang atau sekadar menjelajahi kompleks pura yang luas. Di sekitar kompleks pura, tersedia kios-kios yang menjual berbagai pernak-pernik dan makanan, menambah pengalaman wisata yang beragam bagi para pengunjung.
Saat ini, Direktorat Jenderal Cipta Karya sedang melakukan penataan ulang kompleks Pura Besakih untuk mengantisipasi lonjakan jumlah pengunjung, terutama saat periode piodalan atau perayaan keagamaan. Selain penataan dalam kompleks pura, pemerintah juga sedang membangun fasilitas tambahan seperti gedung parkir empat lantai dan kios-kios pedagang baru, yang di rencanakan selesai pada Maret 2023.